Pelukan Terakhir Dari Ayah Yang Kini Telah Berada Di Surga Sana
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu...
Hallo blogger lovers, perkenalkan namaku
yeslida islamiyah. Teman-temanku sering memanggil dengan panggilan yesi atau
lebih sering dipanggil dengan nama jejes. Kali ini aku membagi sebuah kisah
yang mana aku berharap bagi anak-anak di dunia khususnya di indonesia supaya
tidak mengulangi salah yang sama.
Kisah itu terjadi saat musim panas 2007
lalu. Siang itu saat usiaku masih berumur 15 tahun aku dikejutkan dengan
berita ayah yang akan pulang ke rumah hari itu. Siang itu begitu terik, namun
semangatku untuk bermain sangat tinggi. Saat itu umurku masih 15 tahun,
dipikiranku hanya ada bermain-bermain, bereksperimen dan selalu mencari tahu
apa yang ingin aku tahu. Hingga siang itu aku menyudahi bermainku dan pulang
untuk sekedar santap siang.
Setibanya di rumah ibu memberi tahukan bahwa ayah akan
pulang ke rumah. Ya, begitulah beritanya. Ayah divonis mengidap penyakit
paru-paru basah, darah tinggi dan diabetes yang lumayan kronis. Aku tahu
penderitaan ayah atas sakitnya itu. Hingga tubuhnya yang dulu segar dan
perut yang gendut itu tidak terlihat lagi malah sebaliknya ayah terlihat
kurus kerempeng yang terlihat hanya tulang-tulang dan wajah tua yang
tidak segar lagi seperti sebelumnya.
Ayah jatuh sakit berawal dari makanan.
Saat itu mas andi yang mana kakak laki-lakiku sekaligus anak laki-laki
satu-satunya di keluarga kami itu pulang dari Medan. Sebagai seorang anak
yang baru saja mempunyai pekerjaan bagus ia berkeinginan membahagiakan ayah dan
ibu. Mas andi mengajak ayah jalan-jalan ke Kota Tegal. Kota Tegal bagi kami
tempat yang sangat menyenangkan untuk berbelanja atau menikmati objek wisata.
Karna bagi warga Brebes yang notabennya tempat tinggalku sangat senang jika
mendatangi Kota Tegal. Saat itu, mas andi mengajak ayah pergi ke kota itu untuk
berbelanja untuk keluarga kami. Saat hendak pulang mereka berdua mampir ke
warung sate kambing tegal yang lumayan cukup terkenal. Kakakku sengaja ingin
membelikan beberapa kodi sate kambing untuk dinikmati adik-adiknya dan ibunya.
Sebelumnya mereka berdua minum-minuman air soda dingin. Ya, Tegal pada waktu
itu cukup terik mungkin mereka meminum minuman itu hanya untuk sekedar
menghilangkan dahaga tanpa berpikir efeknya lebih jauh. Hari itu kami menyantap
sate kambing itu dengan asyiknya dan beberapa makanan lain. Hari itu sekaligus
perayaan untuk mas andi yang akan kembali ke Medan.
Beberapa hari kemudian ayah sakit,
nafasnya terengah-engah. Kamipun memutuskan untuk membawa beliau ke rumah
sakit. Aku dan kedua kakak perempuanku membawanya ke salah satu rumah sakit
yang ada di Kota Tegal. Ibu kami tak bisa menemani dikarenakan beberapa bulan
sebelumnya ibu dan ayah mengalami kecelakaan motor. Kaki ibu membentur aspal
hingga tulangnya retak dan harus dioperasi. Ibu tak bisa berjalan, ia
mampu berjalan hanya dengan bantuan egrang (tongkat) dari rumah sakit.
Entah sudah berapa lama ayah di rumah
sakit. Ayah hanya diurusi oleh kedua kakak perempuan. Pada saat itu mas andi
sudah terbang ke Medan sementara aku dan adikku menemani ibu di rumah. Hingga
suatu ketika, di hari itu tepatnya sangat aku ingat hari jum'at itu ayah
meminta pulang ke rumahnya. Mungkin ini sudah firasat,saat itu kedua kakakku
sangat bingung antara mengiyakan permintaan ayah atau mendengarkan saran dari
dokter untuk tetap dirawat di rumah sakit.Kebetulan saat itu kakak perempuan
keduaku hendak balik ke Semarang untuk kuliah. Namun, kakak keduaku
menyempatkan untuk menjenguk ayah di rumah sakit. Akhirnya, kedua kakakku memutuskan
untuk membawa beliau pulang. Saat itu, ayah tidak ingin dibawa pulang
menggunakan mobil selain kendaraan motor yang tadinya mau dibawa kakakku ke
Semarang. Syukur alhamdulillah sepanjang perjalanan ayah masih kuat. Bahkan
beliau sempat membetulkan tali tas ransel yang digendong kakakku bergerak-gerak
akibat tertiu angin.
Bunyi motorpun terdengar, aku dan adikku
segera menyambut kedatangan ayah. Aku dengan wajah gembira menyambut ayah. Saat
itu ayah mengelus-elus rambut dan memelukku. Aku gemar sekali memeluk ayah di
rumah. Ayah sangat menyayangiku. Setiap aku menuntut sesuatu pasti ayah selalu
mengabulkan permintaanku. Entah kenapa akupun tak tahu. Hingga tak sadar
sikapku ini membuat saudara-saudaraku sedikit iri.
Sepulangnya ayah dari rumah sakit, kamipun
segera membawa ayah ke kamar untuk istirahat. Kemudian beberapa menit kemudian
kami kedatangan om Darto. Om Darto merupakan adik kandung dari ibuku. Ibu dan
kakak-kakakku menemu om Darto. Kami menjamu beberapa makanan. Sementara aku
terus berada di dekat ayah. Sesekali ayah meminta kepadaku untuk diambilkan air
minum. Namun aku telah mendapatkan pesan dari ibu untuk tidak memberikanya air
minum. Dokter melarang ayah meminum banyak air. Sistem pencernaannya tak mampu
menampung banyak air. Hingga kaki ayah membengkak akibat terlalu banyak minum
maka dari itu dokter melarangnya untuk minum air banyak. Hingga aku
menyembunyikan teko serta membuang sebagian air minum supaya ayah tidak terlalu
banyak minum. Entah apa yang dirasakan hingga dia meminta untuk diambilkan
banyak air. Mungkin tubuhnya merasa panas, akupun tidak tahu persis apa yang
ayah rasakan. Tapi aku tahu ayah tersiksa atas penyakitnya itu.
Tiba-tiba ayahpun hendak menemui om Darto.
Mungkin ayah ingin menjaga prinsip tuan rumah yang baik dan sekedar jumpa
dengan adik iparnya itu. Setelah sekian lama berbincang-bincang om
Dartopun berpamitan pulang. Setelah itu, ayah pergi ke ruang televisi. Ayah
melihat ada kue bolu yang om darto bawa. Ayahpun memintaku untuk
mengambilkannya. Tanpa berpikir panjang kali ini aku memberikan kue bolu itu
untuk ayah makan. Baru menggigit beberapa bagian nafas ayahpun terengah-engah.
Ibu, adik serta kedua kakakku sangat panik melihat ayahku seperti itu.Ibu
langsung menolong ayah, saat itu kepala ayah di pangkuan ibu. Kakak-kakakku
dengan segera memberikan obat dan entah apalagi aku tak terlalu ingat. Sementara
aku dengan rasa cemas keluar dari rumah tanpa memakai sandal untuk mencari
bantuan ke rumah Pak Tinus. Pak Tinus penjaga sekolah sekaligus teman ayah di
kantor. Kami sekeluarga menempati rumah dinas disebelah sekolah sedangkan rumah
Pak Tinus cukup jauh dari rumah kami. Tanpa memakai sendal akupun berlari
kencang berharap ayahku bisa tertolong meskipun kakiku lecet atau kepanasan tak
peduli. Pada saat itu hanya ayah yang ada dipikiranku. Hingga aku berhasil
memanggil warga. Namu saat aku kembali kerumah, aku melihat ibu, kakak-kakakku
dan adikku menangis. Aku tercenang melihat pemandangan itu, namun air mataku
tak mengalir. Hingga beberapa saat kemudian aku histeris dan memeluk ayah. Aku
terlambat, ternyata ayah sudah dipanggil oleh Allah SWT.
Semua yang aku lakukan sia-sia karna ayah
sudah berpulang ke rahmatullah. Saat itu aku sangat menyesal. Aku telah
menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat terbaik bagi ayah. Aku sungguh terpukul
atas kematian ayah. Bahkan sempat aku berfikir ini semua gara-gara aku. Aku
yang memberikan kue bolu itu ke ayah. Aku yang telah menyembunyikan dan
membuang sebagian air minum itu. Aku yang berbohong kepada ayah beberapa jam
sebelum ayah wafat. Saat ayah menanyakan
aku sedang makan apa. Saat itu aku bilang sedang makan krupuk padahal sebearnya
aku sedang makan rujak. Ya, makanan yang ayah larang supaya aku tidak
menuruni penyakit asmanya. Aku yang selalu melarang ayah mengambil rapot saat
kenaikan kelas waktu sekolah meskipun aku tidak mempermalukan ayah karna aku
selalu masuk 3 besar bahkan juara kelas. Sebenarnya aku ingin mempersembahkan terbaik
saat kelulusan nanti. Aku berencana saat hari yang indah itu ayah menghadiri
undangan wisudaku tentunya aku selalu berusaha belajar kelas. Aku tidak malu
ayah datang ke sekolah. Aku hanya ingi
mempersembahkan yang terabaik di hari spesial. Namun Allah berkehendak lain.Aku sangat sadar "Jika sebuah kesempatan itu datang maka gunakanlah sebaik-baiknya". Dan satu yang aku pelajari dari semua ini bahwa "Teruslah berusaha mempersembahkan yang terbaik selagi orang tuamu masih ada dan tetapkan berusaha menjadi yang terbaik walaupun orang tuamu tidak utuh". "Suatu rencana meskipun rencana itu baik tetapi belum tentu Allah meridhoinya".
Sampai kapanpun ayah selalu menjadi bintang hatiku. Sampai kapanpun ayah selalu di kenang oleh masyarakat sigentong. Ayah adalah pahlawan bagi mereka. Ayah selalu membantu yang lemah. Dan ayah selalu semangat dalam memajukan pendidikan.
I LOVE YOU MY BELOVED DADY...
I LOVE YOU FOREVER...
YOU ALWAYS BE MY STAR IN MY HEART...
YOU ALWAYS BE MY SOUL...
Semoga para pembaca bisa mengambil pelajaran dari kisahku ini.
Gunakanlah kesempatan-kesempatan yang ada di dalam kehidupan kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita membuang kesempatan yang berharga.
Karna belum tentu kita diberi kesempatan kedua oleh Allah SWT.
Wassalamu'alaiku Warahmatullahi Wabarakatu
Komentar
Posting Komentar