Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Ayah Kenapa Aku Berbeda?

Jakarta, 24 April 2018 Ayah kenapa aku berbeda?. Ayah kenapa aku tak seperti anak-anak lain?. Inilah pertanyaan dulu sewaktu aku kecil. Dulu aku sangat bodoh, sangat sangat tidak peka. Masyaa allah begitu sayangnya ayah kepada putri yang dia sangat cintai. Hingga dia menyelamatkan anak-anaknya dari perkara yang bathil. Dia tak pernah menjelaskan ketika dia melarangku  berbuat sesuatu yang menurutnya bathil tapi menurutku sah-sah saja. Dia menyelamatkanku dengan tindakannya. Pertanda dia sangat mencintaiku.  Kisah ini aku tulis dengan sepenuh hati. Berharap orang lain tidak menghikuti perbuatanku. Dimulai dari ketika aku berumur 9 tahun, lalu aku berfikir kenapa aku tak seperti anak-anak lain. Bisa menikmati acara pentas seni, menari-nari di panggung dalam rangka ulang tahu republik Indonesia (17 Agustus). Jauh-jauh hari tanpa sepengetahuan ayah, aku sudah menyiapkan tarian anak-anak untuk pementasan itu. Entah dari mana Ayah tahu, malam itu aku dikunci dalam kamarku. Aku dilara

Caraku..

Tak peduli seberapa lama aku menunggu susuatu yang Allah janjikan untukku. Tak peduli seberapa berat godaan yang menerpaku dalam menjaga cinta suci untuknya. Tak peduli berapa banyak cibiran orang-orang yang mengarah kepadku hanya karena aku berbeda dengan mereka. Tapi aku peduli dengan aturan Allah yang tersusun rapi. Aturan Allah tersusun dengan indah dalam menjemput cinta yang diberkahi dan diridhoi oleh-Nya Setiap sujud, aku mendoakannya supaya dia dalam keadaan yang baik. Meski aku tak tahu seperti apa orang yang akan menggenapi separuh agama. Setiap kumpulan pasukan air yang berjatuhan dari langit, akupun berdoa supaya suatu hari aku bertemu dengannya dalam situasi dan waktu yang indah. Terkadang ada perasaan rindu, tapi aku alihkan dengan doa. Karena bagiku, merindukanmu sebelum ada ikatan yang halal akan membuatku bermaksiat kepada-Nya. Begitulah pikirku... Sekumpulan perasaan yang terbingkai dalam unttaian indah berupa doa untukmu. Membuat aku mempunya

Pilih Aku Karena Agamaku

Untukmu yang namanya telah tertulis di Lauhul Mahfudz jutaan lalu. Aku tak cantik, wajahku juga sangan standar. Tak secantik Dian Sastro. Suaraku tak semerdu Raisa Penyanyi kebanggaan Indonesia. Akhlakku juga belum baik. Dan aku juga bukan berada dari keluarga yang kaya. Inilah aku, wanita yang berprinsip dan berusaha menjadi pribadi yang sebaik-baiknya versi diriku. Inilah aku, wanita sederhana dengan penuh keyakinan dan semangat  Semangatku ini bukan untuk menjdi orang lain yang dibanggakan. Tapi menjadi hambanya Allah yang sholeh. Aku mempunyai cinta, yang nantinya akan kuberikan kepadamu dengan tulus. Ku jaga cintaku selama 25 tahun. Ku jaga semua kehormatanku untukmu wahai  Calon Abi untuk anak-anakku.Karena bagiku, memuliakan cinta sedari sebelum aku dan kamu belum bertemu. Bagiku, membaktikan diri dimulai sedari aku dan kamu belum bersanding. Aku percaya, suatu hari aku dan kamu ditakdirkan bertemu. Jika aku tidak menemukanmu. Mungkin saja engkau yang ak

Aku Percaya Takdirku

Detik demi detik berlalu. Entah apa yang sedang kita tunggu. Apakah sesuatu yang membuat kita bahagia seperti halnya menunggu Jodoh terbaik yang Allah kirimkan untuk kita. Atau bahkan kita sedang menunggu kematian yang akan menjemput kita. Semua itu tidak akan terlewatkan oleh kita. Kita akan mengalami fase tersebut. Allah dengan segala imu-Nya mampu megetahui dan menetapkan apa-apa yang terbaik untuk kita. Begitulah yang aku pikirkan. Sebagai mananusia biasa , terkadang ada keresahan. Tapi aku sadar, rasa resah dan was-was itu datangnya dari syaiton. Lalu akupun memohon kepada Allah Ta'ala untuk menghilangkan rasa was-was tersebut. Aku percaya takdirku di dunia ini tidak lain tanpa sedikitpun melenceng dari perhitungan-Nya. Seperti ketika aku menatinya menjemputku. Rasanya ada kerinduan yang aku ingin sampaikan kepada seseorang yang entah siapa itu. Tapi aku percaya, dia di sana sedang memperbaiki diri sembari memampukan dan menyiapkan dirinya untuk menjemputku dalam keri