Ayah Kenapa Aku Berbeda?

Jakarta, 24 April 2018


Ayah kenapa aku berbeda?. Ayah kenapa aku tak seperti anak-anak lain?. Inilah pertanyaan dulu sewaktu aku kecil. Dulu aku sangat bodoh, sangat sangat tidak peka. Masyaa allah begitu sayangnya ayah kepada putri yang dia sangat cintai. Hingga dia menyelamatkan anak-anaknya dari perkara yang bathil. Dia tak pernah menjelaskan ketika dia melarangku  berbuat sesuatu yang menurutnya bathil tapi menurutku sah-sah saja. Dia menyelamatkanku dengan tindakannya. Pertanda dia sangat mencintaiku. 

Kisah ini aku tulis dengan sepenuh hati. Berharap orang lain tidak menghikuti perbuatanku. Dimulai dari ketika aku berumur 9 tahun, lalu aku berfikir kenapa aku tak seperti anak-anak lain. Bisa menikmati acara pentas seni, menari-nari di panggung dalam rangka ulang tahu republik Indonesia (17 Agustus). Jauh-jauh hari tanpa sepengetahuan ayah, aku sudah menyiapkan tarian anak-anak untuk pementasan itu. Entah dari mana Ayah tahu, malam itu aku dikunci dalam kamarku. Aku dilarang ke tempat seperti itu. Aku dilarang menari, dengan alasan "MENARI-NARI TIDAK BAIK". Hingga aku menangis karena aku tidak bisa bersama teman-teman menikmati perayaan 17 agustusan. Aku sempat berhasil melarikan diri melalui jendela kamar. Namun diketahui Ayah, dan ayah mengejarku. Aku berlari dengan tanpa alas kaki, namun ayah tetap saja bisa mengejar hingga aku berhasil tertangkap lalu aku menangis dan ayah menggendong dan akhirnya kembali ke rumah.Alhasil malam itu, aku gagal tampil di pentas seni. Sepanjang malam aku menangis, dan besoknya ayah mengajak jalan-jalan ke Kota dan pulangnya makan bakso di alun-alun Brebes.

Di kisah lain, saat aku kelas 3 SD tahunan. Aku ingat betul hari itu peringatan Isra Mi'raj. Penduduk desa berbondong-bondong datang ke pengajian dan bersholawatan. Semua anak-anak kecil di desa sangat antusias dengan acara yang di adakan di salah satu masjid. Meskipun acaranya diadakan malam hari. Di sana ada banyak makanan dan snack. Aku dan teman-temanpun berjanjian untuk berangkat ke masjid bersama-sama.Lalu, ketika aku hendak berangkat ke masjid. Akupun tidak dibolehkan ayah untuk mendatangi tempat itu. Aku menangis, dan ayah tetap saja melarangku.Hingga aku menangis, dan alhasil aku diajak ke rumah Mbah Ibnu Hajjar di Banjaratma. Ayah melarangku karena acara itu mengandung unsur-unsur "Bid'ah". Begitu pula ketika acara maulid nabi shalawahualaihi wassalam. Pada saat itu aku tak tahu apa itu bid'ah. Dan ayah mungkin bingung bagaimana menerangkan perkara syari' kepada anak kecil.

Bukan hanya itu saja. Ketika di sekolah ada perkemahan.Akupun dilarang mengikutinya. Ayah bilang kegiatan perkemahan itu banyak "MAKSIAT" dan api unggun perkara menyerupai orang-orang "JAHILIYAH". Kelas 4 dan Kelas 5 Aku tidak dibolehkan ikut. Tapi sewaktuaku kelas 6 aku melakukan aksi ngambek dan nangis. Aku pikir aku telah ditunjuk jadi ketua regu sehingga aku wajib memberikan yang terbaik dan berharap sekolahku bisa menjadi juara di acara perkemahan tingkat kecamatan. Qodarulloh, ayah mengizinkan aku ikut kemah tapi dengan catatan aku tidak diperbolehkan mengikuti acara api unggun dan nyanyi-nyanyian.

Lanjut tingkat SMP. Masa-masa itu masa pubertas. Di saat banyak anak-anak sudah ada yang mengenal pacaran. Tidak dengan aku. Ayahku sangat protective. Setiap hari dipantau melalui kakak sepupuku Mba Nisrin. Aku tidak boleh berdua-duaan, bermaksiat dengan laki-laki.Tiap berangkat sekolah selalu saja sama Mba Nisrin. Pulangpun dijemput di kelas sama Mba Nisrin. Hingga aku jarang pulang bersama teman-teman. Oh iya, mba Nisrin itu sepupu sekaligus kakak kelas. Kami selisih 2 tahun.

Ayahku memang sangat tegas dalam mengatakan yang Haq dan yang Bathil.Hingga teringat sekali dibenakku. Selalu saja ada orang-orang yang tidak suka dengan ayah hanya karna kita tidak Tahlilan, merayakan Mulud/maulid/Isra mi'raj/ Tidak melakukan perkara-perkara bathil atau bid'ah seperti mempercayai shalawat nariahan, qosidahan dan sebagainya. Kami tidak disukai oleh orang. Apa lagi ayahku orang yang sangat cerdas dan tahu hadist dan ayatnya. Maka ketika berdebat pasti ayah menang. Karena kecerdasannya itu pula ayah tidak disukai. itu juga kata Ibu sekaligus Sahabat Ayah yang notabennya Ibu dari teman dekatku.

Masyaa allah. Mengingat itu semua. memutar cerita satu demi satu membuatku meneteskan air mata. Betapa ayahku sangat kuat dalam mempertahankan taudinya yang murni lillah karena Allah Azza wa jalla. Ini baru sebagian kisah yang aku tulis. Masih banyak sekali sebenarnya yang aku belum ungkapkan. Ayahku sangat hebat, aku berterima kasih telah mendidikku dan mnegajariku bagaiman Tauhid yang benar. 


Kini setelah semua berlalu, dan aku kini tinggal di Jakarta. Aku mengerti semua itu. Aku mengerti kenapa aku berbeda dengan anak-anak lain. Aku mengerti kenapa aku sangat dilindung meskipun itu perkara kecil yang bathil.Aku sekarang sudah mengenal sunnah. Aku sekarang sudah bisa memutuskan mana manhaj yang baik. Aku tahu mungkin ayah tahu hadist ini:

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata,

فكلُّ من أحدث شيئاً ، ونسبه إلى الدِّين ، ولم يكن له أصلٌ من الدِّين يرجع إليه ، فهو ضلالةٌ ، والدِّينُ بريءٌ منه ، وسواءٌ في ذلك مسائلُ الاعتقادات ، أو الأعمال ، أو الأقوال الظاهرة والباطنة .

“Setiap yang dibuat-buat lalu disandarkan pada agama dan tidak memiliki dasar dalam Islam, itu termasuk kesesatan. Islam berlepas diri dari ajaran seperti itu termasuk dalam hal i’tiqod (keyakinan), amalan, perkataan yang lahir dan batin  (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 128)


Dan mungkin ayahku sangat mengetahui ayat ini :

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan "[at-Tahrîm/66:6]

Subhanallah ayahku begitu menyangi anak-anaknya. Hingga dia tak sedikitpu memberikan ruang anaknya berbuat bathil. Jazakallah khairon Ayahku tercinta Ibnu Chazam Rahimahullah. Tiap kali mengingat perjuangmu dalam berdakwah entah untuk orang lain dan untuk keluarganya hatiku sangat tersentuh hingga aku sering menangis mengingat betapa banyak orang-orang itu berbuat semenah-menah terhadapmu. Tapi engkau tetap bersabar pada hal engkau mempunyai niat baik dan tulus hanya untuk menyelamatkan mereka.

Ayah, aku berjanji meskipun aku berbeda dari kebanykan gadis-gadis lain. Aku berjanji untuk selalu menjaga keistiqomahan dan tegar di atas sunnah nabi shalawahualaihi wassalam. Aku berjani, akan menjadi anak sholeha untuk kalian ayah dan ibuku. Semoga Allah memberikan syurga tanpa menghisab kalian.

Jazakumullah khairon Ayah Ibnu Chazam & Ibu Marnaeni .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelah menjadi Lillah

Tugas Eksplorasi Sistem Informasi Enterprise

Dear Calon Ibu Mertua